Belajar dari Balik Bukit
Oleh : Isma Aini (PL '15) dan Nur Faiz Ramdhani (BW '15)
Penyelenggaraan pendidikan bukanlah hal yang mudah, pendidikan bukan hanya tentang yang mendidik ataupun terdidik tetapi juga mengenai bagaimana proses yang dilakukan untuk sebuah perubahan. Sebuah kesempatan bagi 34 orang dengan latar belakang, asal daerah dan karakter yang berbeda dapat belajar dalam satu ruangan yang sama dan pergi keluar bersama, berusaha memberikan apapun yang bisa diberikan. Di sebuah desa dalam lingkup Jawa Barat 34 orang ini mulai berproses dalam satu tujuan,-membawa perubahan. Perubahan untuk mengubah karakter, mendewasakan masyarakat dan bahkan dirinya sendiri melalui proses pengajaran. Apa yang kami lakukan menunjukkan siapa kami, kami adalah Tim Pendidikan.
Tim Pendidikan adalah sebutan pada salah satu tema
pada Kuliah Kerja Nyata-Tematik (KKN-T) yang diselenggarakan oleh Institut
Teknologi Bandung tahun 2017. Pada tahun ini terdapat 4 tema; Pendidikan, Air,
Infrastruktur, dan Eco-Agro. Tema-tema tersebut melaksanakan tugasnya dengan
fungsi masing-masing di Desa Cipakem, Kecamatan Maleber, Kabupaten Kuningan, Jawa
Barat.
![]() |
Tim KKN-T ITB Tema Pendidikan 2017 |
Sebuah
masjid depan Balai Desa menjadi tempat pertemuan kami malam itu. Suasana gelap
karena listrik mati dan hanya diterangi sebuah lampu senter yang menemani kumpul
malam yang membahas kegiatan kami esok hari. Pembahasan dipimpin oleh Danar,
Koordinator Lapangan Pendidikan, dengan
bantuan sekretaris atraktif kami, Isma, sambil menyiapkan dokumen-dokumen dan
menghubungi sekolah-sekolah tujuan untuk memastikan kedatangan kami disana.
Secara umum Tim Pendidikan dibagi menjadi dua; Formal dan
Non-Formal. Tim Formal bertanggungjawab atas kegiatan di sekolah dan Tim
Non-Formal bertanggungjawab atas kegiatan bersama ibu-ibu PKK dan Karang
Taruna. Pembagian ini hanya untuk menentukan penanggungjawab atas kegiatan,
tetap dalam pelaksanaannya semua bersama-sama. Dan semua dirasa sudah cukup
untuk dibahas, sudah larut, semua pulang dan istirahat ke rumah masing-masing.
Semua
kegiatan dimulai di pagi hari, Briefing jam
6. Semua baru menyesuaikan diri, mengantre kamar mandi untuk mandi, “dicegat”
untuk sarapan dulu di rumah, persiapan dan macam-macam lainnya. Di tempat yang
sama pada malam sebelumnya menjadi tempat tetap kami berkumpul dan menunggu
anggota tim dari masing-masing rumah. Tepatnya menunggu tim dari rumah Bu
Nunung Sopian, ada Dira, Marisa, Agus, Dian, Bimo, Jekk, dan Diva. Seharusnya
ada Faiz juga, Ketua Tim Pendidikan namun ia
sedang Monev PKM di Bandung. Ya, mungkin setengah 7 atau hampir jam 7 briefing baru dapat dimulai.
Tim
Pendidikan bergerak ke sekolah-sekolah dimulai dari sekolah tingkat dasar
hingga atas yang ada di desa; SDN 1 Cipakem, SDN 2 Cipakem, SDN 3 Cipakem, MTs S Ma’arif, SMK Samiudin Plus Cipakem.
Kami dibagi menjadi dua tim untuk mengunjungi sekolah dan menjelaskan kegiatan sekaligus silaturahmi.
Mulai dari sekolah yang terdekat hingga yang terjauh. Perjalanan bebatuan
menuju SDN 3 Cipakem di Cisampih, Dusun Sabtu, naik turun terus dengan
pemandangan sawah, bukit, gunung, dan menyusuri sungai hingga akhirnya sampai.
Di sisi lain desa di Cihirup, Dusun Kamis, tim yang menuju SDN 2 Cipakem berjalan
di jalan beraspal dengan pemandangan hanya pepohonan dan terkadang terlihat
rumah-rumah kecil desa dari kejauhan. Hingga sudah kelelahan dan berkali-kali
berhenti untuk istirahat. Dan keajaiban muncul ketika kolbak- asal kata colt sebuah merk mobil yang digabung
dengan bak atau mobil bak; lewat dan kami berhasil mencegatnya. Belasan orang
naik dan bisa sampai dengan selamat di SD tujuan.
Setelah kembali dari sekolah, beberapa orang
mendatangi Karang Taruna dan Ibu-ibu PKK. Malam harinya kumpul dan terus
begitu. Esoknya masih sosialisasi ke SDN 4 Cipakem Seklok, Dusun Jumat yang
jaraknya 11:12 lah dengan SDN 3 dan RA Muslimat yang sangat dekat. Beberapa anggota tim lain mengisi MOS di MTs
S Ma’arif Cipakem, dalam sebuah aula yang penuh sesak siswa kelas 7. Diva dan
Ivon atau dikenal sebagai Dipon, pembawa acara kondang meramaikan kegiatan MOS
tentang motivasi belajar itu.
Siang
harinya Tim Pendidikan harus bertugas di SMK Samiudin Plus Cipakem mengisi
kegiatan MOS juga. Lokasinya tepat bersebelahan dengan tim tema lain, Tim
Infrastuktur Mereka sedang membangun Saung Seni. SMK ini baru berdiri 3 tahun,
belum ada lulusannya. Masyarakat membangun atas inisiatif mereka sendiri untuk
memajukan generasi mudanya agar terus bersekolah . Guru-gurunya kebanyakan guru
juga di MTs. Sehingga ketika kami disana siswa-siswa sedang luntang lantung
tidak ada kegiatan, karena guru-gurunya tidak ada yang mengisi. Setelah segelas
Pop Ice dan Basreng (Bakso Goreng),
kami masuk ke kelas. Semua siswa kelas 10 yang luar langsung masuk. Dan ya kami
memulai untuk memberikan semangat mereka untuk terus maju. Kami sendiri juga
ikut semangat terutama ketika Agus maju kedepan.
Keberadaan
kami di Dusun Pusat sudah tersebar di seluruh anak-anak. Dimana pun kami, akan
ada anak-anak SD yang mengikuti. Rencananya kami akan menguji coba untuk
eksperimen di sekolah. Gawat juga jika ketahuan anak-anak, mereka bisa
ikut-ikutan. Kami mencari tempat terbuka yang cukup menyudut dan agak jauh dari
tempat biasa kumpul. Tetap saja ya anak-anak datang. Tim Pendidikan mencoba
berbagai macam eksperimen, gagal berkali-kali, menghabiskan bahan yang sudah di
beli Azizi, bos logistik dan akhirnya berhasil.
Mulai
dari Kamis, 20 Juli 2017 kami melaksanakan program di sekolah-sekolah. Untuk SD
dimulai dari kegiatan senam yang biasanya dipimpin Saras . Semua Tim Pendidikan
harusnya hafal lagu ini.
Tengkleng ke kanan, tengkleng ke kiri 4x
Lihat ke atas, lihat ujung kaki 4x
Kita siap lagi..
Bumi itu bulat, bulat besar sekali, Bulan juga bulat,
bulat besar sekali 2x
bersinar malam hari
Goyang, goyang, goyang, ke kanan ke kiri 3x
aduh asyik sekali
Kepala pundak, lutut dan kaki, pinggul digoyang,
bertepuk tangan 4x
Ayo... Senam.. Sehat.. Gembira....!!!
Anak-anak dibagi ke kelas-kelas, ada kelas tokoh
model. Beberapa dari kami meniru sebuah cita-cita. Galih menjadi ustad, Naomi
menjadi dokter, Jekk menjadi atlet, Danar menjadi polisi ataupun tentara, Dira dan Bila arsitek, Bocan
pelukis, Ka Fahmi pengusaha (tiap sekolah ganti-ganti orang sebenarnya). Bahkan Isma, sekretaris terbaik kam
Lalu di kelas lain ada yang menonton film dan Eksperimen, kak Desy, tim KKN pendidikan yang baru pulang dari
Australia dan baru bisa bergabung dengan kami di hari kelima pun langsung
bergabung dan menambah ramai suasana hari itu. Selesai kegiatan, kami memberikan beberapa alat-alat
inventaris sekolah juga alat peraga untuk menunjang proses belajar mengajar.
Seru pokoknya.
Tiap sekolah memiliki karakteristik anak yang unik. Anak-anak di sekolah
Dusun Pusat biasanya lebih heboh, kegiatan di sekolahnya rusuh, mungkin saking
semangatnya ya. Berbeda di dusun non-pusat
desa, biasanya manis-manis, nurut, diminta
apa saja nurut. Beda tingkatan, beda juga tantangannya, Ketika mengisi kegiatan
di MTs S Ma’arif, jumlah murid sangat
banyak. Membawa materi untuk anak usia remaja pun sulit sekali. Mereka
bukan anak-anak namun belum juga dewasa. Ada yang mau kabur, berisik, tidak
bisa diam, ribut ciye ciye, pokoknya semua ada. Tapi semua ini
jadi tantangan bagi kami.
Tiap sore setelah kelelahan dan
kejadian-kejadian unik
di sekolah, selalu
kami isi dengan kegiatan ibu-ibu PKK yaitu
membuat kerajian dari bungkus minuman
bekas. Bersama
ariska sang inisiator dan pelopor pergerakan ibu-ibu, Sali juga selalu siap menemani
ibu-ibu disini. Selain itu ada juga pelatihan kerumah tanggaan, kalau ini Hafi
ahlinya, katanya sudah siap dipinang. Setiap
sore di minggu kedua, Balai Desa jadi tempat
nongkrongnya ibu-ibu. Selain pelatihan
kerajinan, ibu-ibu juga diajak untuk belajar mengenai manajemen kewirausahaan.
Sebenarnya ibu-ibu PKK di desa Cipakem sudah memiliki produk khas, yaitu
Pareredan-- kerupuk unik berbentuk kembang yang biasa disajikan ketika ada
acara-acara desa. Disinilah kak Fadhil membagikan ilmunya, untuk meningkatkan
kemampuan wirausaha ibu-ibu dengan cara diskusi dan seminar. Hanya itu? tentu
tidak, prakteknya adalah saat ibu-ibu kami arahkan untuk membuat packaging pareredan yang lebih modern,
untuk dijual ke mahasiswa KKN-ITB sebagai oleh-oleh, Alhamdulillah kami
mendapat keuntungan total sejumlah 1.580.000
rupiah.
Mungkin
tidak seberapa, namun harapannya, ibu-ibu bisa tersadarkan bahwa dengan hanya
mengubah packaging dari produk
tersebut, harga jual bisa lebih mahal dan ibu-ibu bersemangat untuk
melanjutkannya.
Detik-demi detik di minggu terakhir dipadati oleh
kegiatan Diskusi Pentingnya Pendidikan bagi wali siswa, Cipakem Clean Village, pelatihan teater, pembuatan pareredan
sebagai oleh-oleh untuk mahasiswa KKN, dan persiapan acara puncak sebagai
perpisahan dengan warga desa. Waktu terasa sangat cepat, mungkin karena kami
menyadari bahwa dalam beberapa hari lagi tawa kami sudah tak disini, kami harus
pergi.
Diskusi pentingnya pendidikan adalah acara yang membuat
kami terkesan. Pertama, acara yang diperkirakan hanya dihadiri oleh paling
banyak 50 orang ibu-ibu, karena undangannya hanya 1 setiap sekolah, ternyata dihadiri
oleh kurang lebih 200 ibu-ibu wali murid dari desa cipakem. Acara yang tadinya
disiapkan dalam bentuk diskusi, akhirnya kami putuskan acara ini menjadi bentuk
seminar. Luar biasa keriuhan didalam balai desa, juga luar biasanya perjuangan
kami mempersiapkan tikar dan konsumsi yang kurang, namun semua masalah teknis
teratasi dan acara pun dimulai. Kedua, pembicara yang luar biasa; pak kiai
Ahmad Suhada, tokoh masyarakat yang merupakan kepala pesantren yang penuh
inspirasi, dan pak Ato, seorang asli Cipakem bergelar S2 yang rela kembali ke
desanya karena begitu peduli pada pendidikan di desa Cipakem. beliau sudah
ditawari menjadi staff ahli DPR-RI saat ini, namun masih berfokus mengajar di
MTs Maarif Cipakem. Pada acara itu turut mengundang kang Mumu, perwakilan
karangtaruna untuk diminta pendapatnya tentang pentingnya pendidikan. Sambutan
warga yang luar biasa, membuat acara ini berjalan lancar, dan mendapatkan
solusi-solusi sederhana kepada warga, juga menyadarkan warga bahwa inti dari
pendidikan adalah di dalam keluarga itu sendiri, dan kesuksesan anak adalah
sesungguhnya kesuksesan orangtuanya.
Kegiatan pelatihan teater yang dimotori oleh Nurina
sebagai sutradara, Agustina sebagai pembuat naskah cerita, Sukma sebagai staff
logistik dan Naomi sebagai sound director,
menambah kedekatan kami dengan pemuda setempat. Pada awalnya, sebelum berangkat
ke desa, kami ingin pemeran teater ini seluruhnya adalah pemuda setempat, namun
saat rapat pertama dengan mereka (masih malu, masih jaim) dan melalui diskusi
cukup alot, akhirnya disepakati bahwa teater ini adalah teater kolaborasi
antara mahasiswa KKN dan pemuda setempat. Akhirnya, dikorbankanlah teman-teman
terbaik kami di bidang teater; Isnan Fauzi a.k.a Uus, Bimo, dan Danar. Pada awalnya
tujuan kami adalah berbagi bagaimana manajemen sebuah acara, pembagian divisi,
dan ilmu-ilmu keorganisasian yang biasa kami lakukan di ITB melalui media
pertunjukan teater kepada pemuda setempat, namun pada akhirnya karena beberapa
dari kami juga harus bermain peran dengan mereka, maka pembelajaran itu
mengalir begitu saja; saling berbagi.
Disela-sela pelatihan teater, kami mengadakan sebuah
acara kontroversial; Cipakem Clean
Village. Kontroversial karena dilaksanakannya kegiatan ini melalui diskusi
yang amat panjang dan melelahkan. Kami memiliki keresahan tersendiri terhadap
sampah di desa cipakem, karena semua orang dengan santai membuang sampahnya ke
sungai teman, sungai. Pemandangan yang mengganggu kami ini membuat kami ingin
bekerjasama dengan pemuda karangtaruna untuk melakukan sesuatu; ide-ide
bermunculan seperti membersihkan TPS yang sudah usang, bersih-bersih desa, atau
sekedar kampanye saja ke warga. Melalui kajian malam di mesjid desa yang
mempertimbangkan waktu, tenaga, jumlah orang, uang, logistik,
keuntungan-kerugian, keinginan, idealisme pemuda, sampai mempertimbangkan
peraturan desa tentang sampah dan kebersihan, akhirnya acara ini kami sepakati
sebagai kampanye aktif; bersih-bersih sungai dan jalan utama desa yang
bertujuan untuk menyadarkan warga saja, bahwa “segini lho sampah kita, dan itu lho ada orang luar desa saja mau
membersihkan sampah yang kita punya, masa kita enggak” lalu harapannya
warga merasa malu dan tidak lagi membuang sampah ke sungai, harapan lebih
jauhnya, ada perasaan malu dari perangkat desa sehingga mau menggelontorkan
sedikit dana desanya untuk pengangkutan sampah keluar desa.
Diva bergerak sebagai koordinator lapangan saat itu,
mengerahkan seluruh pemuda cipakem dan anak-anak MTs yang sudah kami ‘pesan’
dari jauh hari. Selesai acara jalanan memang belum bersih, apalagi sungainya.
Namun sampah-sampah yang sudah terkumpul dalam trashbag itu kami letakkan di
depan kantor balai desa, dan semua orang berlalu-lalang melihatnya, entahlah
pesan kami tersampaikan atau tidak, minimal pemuda, pelajar dan karangtaruna yang
normalnya akan meneruskan pemerintahan desa ini mendapat pelajaran bahwa pernah
ada orang dari luar desa yang membersihkan sampah dirinya dan keluarganya
sendiri. juga saya mendengar beberapa pengakuan dan perasaan malu akan keadaan
sampah di desanya. Semoga berdampak.
Pada minggu terakhir tentu saja kami disibukkan dengan
persiapan acara puncak, hampir seluruhnya dipersiapkan oleh tema kami, karena
hanya tema kami yang berada di pusat desa dan tidak sesibuk tema infrastruktur.
Menyenangkan karena warga desa terutama pemuda sangat membantu kelancaran acara
yang dipimpin oleh Ical ini. Hari-hari mendekati acara benar-benar membuat
pusing kepala Dira memikirkan susunan acara, Fahmi memikirkan teknis lapangan
yang diprediksi akan sangat merepotkan karena pasti banyak manusia-manusia
kecil (anak-anak desa yang lucu) yang akan mengganggu acara, dan Ari yang
bolak-balik menghubungi pihak-pihak yang terlibat dengan acara ini. Lilis dari
tema Infrastruktur juga disibukkan dengan konsumsi, serta Adya yang bekerja
keras melengkapi logistik serta persiapan panggung. Tanggal 4 agustus atau H-1
acara puncak, kami menyebar undangan ke pelosok desa, di tiang, di pos ronda,
di warung, bahkan di keranjang sepeda anak yang pulang ngaji.
5 Agustus siang setelah upacara pelepasan peserta KKN di
lapangan desa, acara puncak kami diawali dengan lomba puisi. Kemudian beberapa
penampilan yaitu dari RA yang menari kuda lumping dengan sangat imut dan lucu,
nyanyian dari MTs yang diakhiri dengan pemberian bunga tanda perpisahan kepada
kami serta tangisan haru karena mereka tau kami akan pergi esok pagi,
penampilan band dipadu dengan alat musik tradisional yang luar biasa kreatif
dari SMK Samiudin Plus Cipakem, ditutup dengan lantunan musikalisasi puisi oleh
karangtaruna. Sore itu, MC (Saras dan Faiz) menutup acara sesi pertama sebelum
maghrib, dengan perasaan ragu karena khawatir di sesi kedua hanya sedikit warga
yang datang.
BOOM! ternyata acara puncak sesi kedua (malam hari),
dikejutkan dengan begitu banyaknya warga yang hadir, area lesehan didepan
panggung penuh sesak oleh warga dan peserta KKN ITB yang membaur menjadi satu.
Acara diawali dengan wayang cepot dan kesenian rudat, yang ampuh utnuk
memanggil warga datang karena lucu dan menarik. Lalu sang wayang cepot
memanggil pak Kuwu (sebutan untuk pak Kades) untuk memberikan sambutan dan
secara resmi melepas mahasiswa KKN di desanya. Acara selanjutnya adalah
persembahan tiap tema untuk warga, dimulai dari tema Air, Eco-Agro,
Infrastruktur, lalu terakhir, Pendidikan. Disela penampilan, ada penampilan
video tiap tema berisi apa saja yang telah dilakukan di dusun masing-masing.
Video dari tema pendidikan tentu saja dibuat dengan ciamik oleh pasukan
dokumentasi terbaik kami; Dian, Frisil, Gladys dan Nabila. Pertunjukan utama
yaitu teater kolaborasi mahasiswa, juga berhasil dan sangat meriah. Semua kerja
keras dalam seminggu terakhir, pembuatan properti teater yang membuat kami
lembur semalaman, dan waktu malam yang terbuang karena kami harus latihan,
terbayar lunas, bahkan kembalian. Semua warga terhibur, semua warga senang,
namun kami sedih. Karena malam itu juga, kami harus berkemas untuk pulang.
Subuh di hari terakhir adalah waktu kami berpisah dengan
keluarga masing-masing, kami memberikan kenang-kenangan berupa foto kami dengan
tuan rumah yang dipercantik dengan pigura. Ada tangisan, ada pelukan. Memang
perpisahan itu membuktikan betapa dekatnya kami dengan warga, dan betapa
beratnya meninggalkan keluarga baru disana. Namun travel kami sudah datang
pukul 9, kami sudah berkumpul di depan mesjid balai desa tempat kami berkumpul
setiap harinya, anak-anak yang tahu bahwa mereka akan kesepian esok harinya,
satu-persatu mendatangi kami, berfoto bersama, lalu pergi. Rekan kerja dan
rekan sejawat kami, pemuda karangtaruna juga datang dan memberikan kesan-pesan
kepada kami, berfoto bersama, memberikan kenang-kenangan, dan beberapa saat
kemudian kami dan mereka berpisah.
KKN
benar-benar memberikan pelajaran kepada kami, bagaimana kehidupan di Indonesia
tidak semuanya seperti di kota yang sehari-hari kita rasakan. Khususnya, untuk
kami di tema pendidikan, kami tersadar bahwa ternyata pendidikan yang menjadi
dasar kemajuan sebuah negara di masa depan, masih belum merata, bahkan di Jawa
Barat; yang tidak jauh dari Ibukota Negara. Akhirnya, kami bersyukur
dipertemukan dengan orang-orang hebat di desa Cipakem, dan bersyukur
mendapatkan pengalaman ini. Harapannya melalui kesadaran ini, kami bisa
bergerak lebih aktif, lebih peka terutama terhadap permasalahan pendidikan di
sekitar kami, dan menjadi orang yang lebih bermanfaat bagi sekitar, bagi
Indonesia.
Komentar
Posting Komentar